Hj. Asih T. Harley / 44 Th – Stockist PT. Media Natura Indonesia
Kalau bukan lantaran beratnya beban kehidupan yang dihadapi, perempuan pekerja keras Hj. Asih T. Harley (44 Thn) mungkin tak akan pernah mengenal bagaimana rasanya nyantri, mondok di sebuah pesantren. Asih memang pernah
mondok, tapi jangan dibayangkan seperti mondoknya seorang anak yang baru lulus Sekolah Dasar lalu untuk melanjutkan jenjang studi sambil memperdalam ilmu fiqh, alat, manthiq balaghah atau yang lainnya.
Waktu itu Asih sudah bekerja di PT Gapura Prima setelah sebelumnya ia pernah bekerja di Bank Internasional Indonesia, Surat Kabar Harian PRIORITAS, Krama Yudha Tiga Berlian Motor Warung Buncit dan sempat mendirikan PT. Lectura Advertising. Asih nyantri karena di dorong oleh kegelisahan hidup yang menghantuinya. Karenanya ketika di satu pesantren tak di temukan penawar gelisah, ia akan pergi ke pesantren lainnya. Begitu seterusnya hingga kebiasaannya berpetualang berhenti ketika Asih mantap bertarekat di Dunia Sufi.
”Sebetulnya saking terlalu banyaknya benturan hidup yang saya hadapi, membuat saya gelisah. Beberapa kali saya keluar masuk pesantren tapi masih saja tak saya temukan ketenangan batin. Hingga pada akhirnya Allah membimbing saya dapat bertarekat pada Tarekat Qadariyyah Naqsabandiyyah (TQN) asuhan Abah Anom Suryalaya dan terhampar semua jawaban persoalan kehidupan saya. Kini hanya Allah dan sifat jamaliyyah-Nya saja yang saya temukan. Karenanya meski setelah bertarekat ujian hidup masih selalu menghampiri, tapi saya damai bersama-Nya,” tutur perempuan kelahiran Bandung, 23 Oktober 1964 ini.
Sebatas itukah pengalaman ruhani yang Anda dapat di Dunia Sufi ? “Dari kemarin-kemarin pun sebenarnya saya ogah Anda wawancarai. Apalagi harus mengungkap pengalaman ruhani. Enggak janji dech ?!. Tapi karena Anda sudah saya anggap se-ikhwan (sebutan jamaah TQN untuk saudara sekandung secara ruhani; red) makanya saya bersedia membeberkan pengalaman ruhani saya. Tapi Anda janji enggak ditulis semua kan ?
Iya. Tapi apa dong pengalaman lain yang Anda temukan dari Dunia Sufi ?
“Dengan bertarekat sesuatu yang tadinya gaib menjadi tidak gaib. Kalau ada peribahasa dalamnya laut bisa diukur dalam nya hati tak bisa diukur. Nah, dengan bertarekat dalamnya hati menjadi terukur.”
Tidak percaya? Bertarekat saja